Me and The Rest of My Day

Friday, February 11, 2005

Club Azur, 19 January 2005

Beberapa hari yang lalu ada pesan yang membuat dadaku sesak, marah! Sepele dan menyebalkan, miscommunication, dan masalah tanda seru di SMS. Tiba2 desakan hebat memaksa keluar dari sudut mataku, benda yang sudah lama tidak keluar dari situ lagi sejak setahun terakhir ini. Air mata.

Perasaan gelisah dan penasaran yang membuatku tidak bisa tidur lebih cepat membuatku benci dan muak, seperti layaknya orang yang (maaf!) kebelet pipis tapi menemukan bahwa WC-nya antri panjang dan lama (hmmm mirip iklan coklat!!)

Perasaan itu yang selama ini membuatku menghindari semua yang berbau “Laki-laki”!! semua yang berhubungan dengan relationship antara pria dan wanita. Apakah itu akan menjadikanku lesbian? TENTU TIDAK!!!!

Kebencian itu muncul kembali saat aku harus merasakan sedih dan bingung karena sikap ‘dia’ selama ini. Perasaan yang selalu kucoba buang jauh2 ke jurang, biar mampus dia!!!

Club Azur, 13th January 2005

Pertalian itu awalnya cukup kuat untuk menarik sebuah kapal pesiar sekalipun. Kuat, tebal dan kokoh. Tetapi rupanya sang waktu, angin, dan air lebih kuat lagi untuk membuat tali itu lapuk, rapuh dan kemudian hancur tinggal debu dan bau. Bau yang menimbulkan ribuan bahkan ratusan juta kenangan. Tiap sudut Jakarta mempunyai sepuluh atau bahkan ratusan kepingan kenangan yang jika disatukan dan dijual bisa mengalahkan lukisan Monalisa (iya kah???).

Aku coba mencocokan satu puzzle dari sekian puzzle perjalanan yang kulintasi bersama. Satu lembar demi satu lembar benang tipis ku jalin untuk menciptakan satu kesatuan tali yang kokoh. Kadang ada satu lembar yang sengaja kucabut dan kubuang untuk kemudian kuganti dengan lembaran yang baru, yang lebih kuat, dan lebih berwarna. Segala usaha aku coba untuk menjadikan tali itu penopang kehidupanku yang membosankan ini untuk menjadi lebih ‘tidak’ membosankan.

Tali itu kini lapuk termakan waktu dan egois, jiwa dan perasaan, antara teman dan cinta. Haruskah aku membenci cinta yang datang karena dia telah dengan sangat berhasil membuat tali itu lapuk dan hancur? Atau haruskah aku menyalahkan waktu dan egois dan jiwa dan perasaan? Entah mana yang harus mengalah atau disalahkan!

(Dedicated to my old best friend, should we end up like this after what we’ve been through together for more than 10 - beautiful - years??)